- Menurut Suripan Sadi Hutomo (1993: 5) pada dasarnya sastra bandingan itu berlandaskan sastar nasional suatu negara.
Studi sastra bandingan menurut Hutomo (1993: 11-12) melandaskan diri pada 3 hal yaitu: (a) Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya unsur struktur, gaya, tema, mood (suasana yang terkandung dalam karya sastra) dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra. (b) Tradisi, yaitu unsure yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra. (c) Pengaruh. - Menurut Hosilos (2001: 28) menyatakan bahwa konsep yang digunakan dalam mengkaji sastra bandingan itu mengacu pada dua hal. Pertama, sastra bandingan mengkaji perbandingan antara karya sastra pengarang satu dengan pengarang lain yang hidup di dua negara yang berbeda. Kedua, sastra bandingan mengkaji perbandingan antara karya sastra dengan karya seni yang lain, seperti seni lukis, seni musik, dan seni yang lainnya. Bahkan pada konsep kedua ini, sastra dapat diperbandingkan dengan bidang ilmu dan kepercayaan yang lain atau di luar sastra.
- Sohaimi (dalam Endraswara, 2011:103) memberikan pandangan yang cukup penting untuk diperhatikan. Ia menyatakan bahwa ‘sastra bandingan’ lebih berpijak pada penelitian antardisiplin dengan teori dan pendekatan yang jelas.
- Zepetnek, menyatakan bahwa sastra bandingan adalah “studi sastra yang dilandasi sastra atau bahasa nasional suatu negara”. Selain itu, sastra bandingan juga merupakan sebuah ideologi bagi sastra yang termarginalkan agar mendapatkan tempat di masa mendatang. Dari pendapat ini, dapat dirumuskan bahwa sastra bandingan dapat mengambil karya sastra pada suatu wilayah negara dan atau sastra daerah.
- Wellek dan Warren menyebutkan bahwa ada tiga pengertian mengenai sastra bandingan : pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema cerita rakyat dan penyebarannya; kedua, penyelidikan mengenai hubungan antara dua atau lebih karya sastra yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, di antaranya soal reputasi dan penetrasi, pengaruh, dan kemasyhuran karya besar; dan ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum, dan sastra nasional. Tentang sastra bandingan menurut Renne Wallek sebagai pendukung aliran Amerika dijelaskan bahwa sastra bandingan pada mulanya muncul dalam studi sastra lisan, khususnya dalam bidang sastra rakyat. Kemudian cerita rakyat ini dicari asal usulnya, daerah penyebarannya, dan transformasinya ke sastra tulis (1989: 47-48).
- Remak mengungkapkan bahwa “Sastra bandingan adalah studi sastra yang melewati batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang pengetahuan dan kepercayaan lain”, dengan kata lain sastra bandingan adalah perbandingan karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain. Lebih lanjut Remak menekankan, bahwa perbandingan antara karya sastra dan bidang di luar sastra hanya dapat diterima sebagai sastra bandingan, jika perbandingan keduanya dilakukan secara sistematis dan bidang di luar sastra itu dapat dipisahkan dan mempunyai pertalian logis.
- Benedecto Crose berpendapat bahwa studi sastra bandingan adalah penelitian yang berupa eksplorasi perubahan, penggantian, pengembangan, dan perbedaan timbal balik di antara dua karya atau lebih. Sastra bandingan terkait erat dengan ihwal tema dan ide sastra.
- Dalam pandangan Jost, sastra bandingan juga dapat meliputi aspek-aspek pengaruh, sumber ilham (acuan), proses pengambilan ilham, dan tema dasar. Jost (1974: 33) membagi pendekatan dalam sastra banding menjadi empat bidang, yaitu: pengaruh dan analogi (influence and analogy), gerakan (movement), genre, dan motif.
- Menurut Suwardi Endaswara sastra bandingan adalah penelitian yang tidak hanya berusaha mengkaji persamaan dan perbedaan antar karya sastra secara tekstual, namun lebih jauh lagi yakni berusaha mengetahui latar belakang kehidupa sosial budaya yang mendasari lahirnya sebuah teks. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa ada empat kelompok penelitian sastra bandingan jika dilihat dari aspek objek garapan. Pertama, kategori yang melihat hubungan karya yang satu dengan lainnya melalui cara menelusuri juga kemungkinan adanya pengaruh satu karya terhadap karya yang lain. Termasuk dalam interdisipliner dalam sastra bandingan adalah filsafat, sosiologi, agama, dan sebagainya. Kedua, kategori yang mengkaji tema karya sastra. Ketiga, penelitian terhadap gerakan atau kecendrungan yang menandai suatu peradaban, yang keempat, analisis bentuk karya sastra (genre) (Endraswara,2011:112). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kerja penelitian sastra banding. Beberapa hal tersebut adalah transformasi, terjemahan, peniruan, dan kecenderungan (Endraswara,2003: 141). Transformasi adalah pengalihan bentuk, terjemahan adalah pengalihan bahasa, peniruan adalah proses kreatif pengarang berikutnya, dan kecenderungan adalah kandungan kemiripan.
- Maman S. Mahayana, menurutnya Membandingkan dua karya sastra atau lebih dari sedikitnya dua negara yang berbeda, termasuk wilayah kajian sastra bandingan. Karya sastra yang dibandingkan, setidaknya mempunyai tiga perbedaan, mencakup: (a) Bahasa, (b) Wilayah, (c) Idiologi/politik. Dengan melihat perbedaan antara dua karya sastra sebagai bahan perbandingan akan memungkinkan munculnya “perbedaan latar belakang sosial budaya”. Latar sosial budaya, seperti lokasi, tradisi, dan pengaruh melingkupi diri masing-masing pengarang. Kondisi tersebut akan tercermin dalam karya yang dihasilkan.
Sumber gambar: Portal Sastra
Share this
Posting Komentar
Image
.pre
,code
, atauquote
.Salin Kode!
lalu paste ke kolom komentar.image quote pre code